Kepala Ilmuan WHO Sebut Vaksin Ampuh Hindari Gejala Parah Covid Delta

Tue 04-Jan-2022 12:09:00 | POLITIK DAN UMUM | Admin
Kepala Ilmuan WHO Sebut Vaksin Ampuh Hindari Gejala Parah Covid Delta


Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut, vaksin Covid-19 yang telah disuntikkan dengan dosis penuh, dapat menghindarkan seseorang dari gejala parah, yang ditimbulkan varian Delta dari India. 

Dikutip dari CNBC International, Kepala Ilmuwan WHO Dr. Soumya Swaminathan mengatakan, meski vaksin Covid-19 terlihat tidak dapat memproteksi seseorang secara 100% dari corona, namun vaksin mampu meredam keparahan yang ditimbulkan akibat varian baru itu. 

"Ada laporan yang masuk bahwa populasi yang divaksinasi memiliki kasus infeksi, terutama dengan varian Delta," kata wanita asal India itu pada konferensi pers, Senin (12/7/2021) sore waktu setempat. 

"Sebagian besar adalah infeksi ringan atau tanpa gejala." 

Lebih lanjut ia juga menekankan bahwa vaksin Covid-19 terbukti ampuh mengurangi rawat inap. Bahkan, mencegah angka kematian akibat infeksi virus itu. Varian Delta sendiri merupakan varian corona yang pertama ditemukan di India. Varian ini kini menyebar di 90 lebih negara. 

Delta masuk variant of concern dalam daftar WHO, di mana menular lebih cepat dan bisa meningkatkan keterisian fasilitas kesehatan serta menimbulkan gejala berat dan berujung pada kematian. 

Hal ini juga dikatakan Sekretaris Jenderal (Sekjen) WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. Dalam kesempatan yang sama, ia kembali mengutarakan keprihatinannya mengenai gejala parah dan rawat inap yang meningkat di beberapa bagian dunia karena angka vaksinasi corona yang minim. 

"Varian delta menyebar di seluruh dunia dengan kecepatan tinggi, mendorong lonjakan baru dalam kasus dan kematian. Namun, tidak semua tempat menerima pukulan yang sama," katanya. 

"Kita berada di tengah-tengah pandemi dua jalur yang berkembang, di mana si kaya dan si miskin di dalam dan antar negara semakin berbeda di tempat-tempat dengan cakupan vaksinasi yang tinggi."

Sebelumnya keprihatinan akan penyebaran vaksin yang adil sudah digemakan oleh badan PBB itu. Tedros meminta agar negara-negara di dunia, terutama negara ekonomi utama G20, untuk lebih aktif lagi dalam membantu menjangkau vaksin ke negara-negara yang belum memiliki akses. 

"Saya menyerukan kepada para Menteri Keuangan G20 dan para pemimpin lainnya untuk mendukung target ini secara kolektif karena ini adalah cara tercepat untuk mengakhiri tahap akut pandemi, menyelamatkan nyawa dan mata pencaharian, dan mendorong pemulihan ekonomi global yang sesungguhnya," ujarnya.
 
WHO sendiri telah menyetujui izin penggunaan darurat dari enam vaksin Covid-19. Vaksin itu adalah vaksin Pfizer/BioNTech, AstraZeneca, Moderna, Johnson & Johnson, serta vaksin buatan China Sinopharm dan Sinovac.


Sementara itu, untuk di Indonesia, satu lagi vaksin yang akan mendapatkan emergency use authorization (EUA) dari Badan POM adalah Pfizer. Dengan begitu menambah vaksin lain yang sudah mengantongi EUA dari BPOM sebelumnya.

Dijelaskan Kepala Badan POM, Penny Lukito dalam Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR, Pfizer memiliki 6 fasilitas produksi. Sampai saat ini data lengkap tersedia di 2-3 fasilitas produksi dan inilah yang akan dikeluarkan EUA secepatnya.

"Berproses Pfizer akan keluar. Walaupun Pfizer di berbagai pusat produksi, ada 6 fasilitas produksi, data lengkap di 2-3 fasilitas produksi, secepatnya lebih dulu yang lengkap data mutunya akan segera keluarkan emergency use authorization," kata Penny, Selasa (13/7/2021).

Apabila Pfizer mendapatkan EUA, maka akan menambah daftar vaksin lain yang mengantongi izin lain. Ada Sinovac CoronaVac, AstraZeneca, Bio Farma, Sinopaharm dan Moderna.

Moderna menjadi nama terakhir yang diberikan izin penggunaan darurat. BPOM memberikan EUA pada Moderna pada awal Juli kemarin dengan efikasi 94%.

Moderna sendiri sudah datang di Indonesia pada Minggu (11/7/2021). Vaksin tersebut tiba dengan total jumlah 3 juta dosis melalui mekanisme Covax yang digagas oleh WHO.

Leave Your Comments