Jakarta - Salah satu tugas pokok Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Pamtas) adalah patroli patok batas negara. Satgas memastikan bahwa patok tetap utuh, tidak bergeser akibat ulah manusia ataupun karena gejala alam. Untuk melakukan itu, satgas harus menyelusuri jalan keluar masuk hutan menuju lokasi patok-patok perbatasan.
Faisal Akbar (27), adalah seorang anggota Pamtas. Pria ini bercerita kepada MDNNews saat ditemui Rabu, 7 April 2021, di sebuah warung dekat Pos Pamtas Yonif 642 Kapuas di Desa Sebubus, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat.
Perjalanan kami dari tempat penginapan di Hotel Pantura Jaya Sambas di Jalan Tabrani menuju Desa Sebubus adalah 118Km dengan jarak tempuh dengan mobil hampir tiga jam perjalanan. Menuju ke Desa Sebubus ini, jalan mulus sejak dari Hotel Pantura. Namun tak jauh setelah kami berbelok ke kiri di pertigaan Jalan Lintas Kalimantan Poros Utara – Jl Merdeka (ke PLBN Aruk), beberapa ruas jalan belum beraspal. Namun, ternyata jalan ini masih dalam tahap pembangunan. Kami temui beberapa pekerja dengan alat berat sedang mengerjakan jalan ini.
Kondisi jalan yang menanjak dan menurun serta berkerikil ini membuat Desa Sebubus seolah terisolir. Di kiri kanan jalan hanya ada beberapa rumah warga dan rumah petani serta ‘rumah walet.’ Pohon-pohon tinggi dan tua serta semak melingkupi kedua sisi.
Di Desa Sebubus belum ada listrik. Masyarakat mengandalkan genset untuk menyalakan lampu. Karena arus tidak stabil. Berpengaruh negatif kepada charger handphone. “Casan handphone saya sudah meledak tiga,” ujar Faisal berseloroh.
Digitalisasi di Indonesia belum bisa dirasakan oleh semua masyarakat, termasuk di Desa Sebubus ini. Walau memiliki handphone, warga di sini belum bisa terkoneksi ke internet.
Melihat kondisi ini, kami lalu bertanya kepada Sertu TNI Faisal Akbar. Menurutnya, jika ingin berkomunikasi, di sini dia dan rekannya menggunakan saluran selular biasa. Karena belum ada internet.

Terkait kesehatan, jika ada rekannya yang sakit atau warga yang sakit, perlengkapan di barak cukup. Obat-obatan dan lainnya. “Kami dibekali obat-obatan, ada petugas kesehatan. Bekal obat untuk kurang lebih 5 bulan. Terkadang jika ada warga yang sakit juga pergi ke barak untuk mendapatkan bantuan obat," tutur bujangan ini.
Keamanan perbatasan harus ditangani dengan serius karena menyangkut kedaulatan negara. Fungsi pertahanan untuk menjaga kawasan perbatasan dijalankan oleh TNI dengan terus meningkatkan pengamanan perbatasan dengan memberdayakan anggotanya dan membangun pos-pos pemantau. Patroli, latihan militer gabungan, dan pengadaan alutsista juga dilakukan untuk memperkuat pertahanan kawasan perbatasan.
Masalah perbatasan yang sering terjadi antara dua negara adalah perebutan kepemilikan suatu wilayah perbatasan. Jika ditelusuri lebih jauh tidak terlepas dari perebutan potensi kekayaan ekonomi yang terkandung di dalamnya. Misalnya, seringnya terjadi kejahatan di kawasan perbatasan seperti penyelundupan, perompakan, pencurian ikan, perdagangan manusia, TKI ilegal, sampai dengan masalah terorisme.
Terkait tugas utamanya sebagai Satgas Pamtas, Sertu TNI Faisal Akbar menuturkan ia dan rekannya secara periodik melakukan patroli. Jarak dari pos tempat tugas Faisal ke perbatasan terluar dengan Malaysia sekitar tiga jam perjalanan. "Masih terdapat tiga pos hingga sampai ke perbatasan, diantaranya Pos Camar Bulan," jelas pria ramah ini.
Menurut penuturan kelahiran Majalaya ini, sebagai Satgas Pamtas, dirinya dan rekannya tak ada libur. Hanya saja mereka mengatur istirahat dengan rekan lainnya.
Ditanya soal kenapa anak pertama dari tiga bersaudara ini menjadi anggota TNI. Ia jelaskan, menjadi anggota TNI adalah keinginannya sejak lama.
“Ini keinginan saya sendiri. Saya sempat sembilan kali tes. Namun saya tak putus asa. Tes kesembilan barulah saya lulus dan diterima sebagai anggota TNI,” jelasnya bangga.
Terkait penempatannya di perbatasan dengan segala kelebihan dan kekurangan, ia menjawab tegas. “Saya nikmati saja, buktinya, dulu badan saya kurus sekarang berisi,” pungkasnya tertawa.