JAKARTA, MDN-NEWS, 02/02.2021. Badan Pusat Statistik (BPS) dalam siaran pers terbarunya mengumumkan tingkat inflasi nasional pada bulan Januari 2021 tercatat sebesar 0,26 persen. Inflasi terjadi di 75 kota IHK yang dipantau sedangkan deflasi terjadi di 15 kota.
Menurut siaran pers BPS, inflasi tertinggi terjadi di kota Mamuju sedangkan yang terendah terjadi di Balikpapan dan Ambon. Inflasi tertinggi di Mamuju tercatat sebesar 1,43 persen sedangkan yang terendah terjadi di Balikpapan dan Ambon masing-masing 0,02 persen.
Selain mencatat inflasi, BPS juga mencatat terjadi deflasi di bulan Januari di 15 kota. Deflasi terbesar terjadi di Baubau sebesar 0,92 persen sedangkan deflasi terendah terjadi di Pontianak sebesar 0,01 persen.
Ditilik dari sebaran inflasi berdasarkan geografis, BPS mencatat pada bulan Januari 2021 seluruh kota yang menjadi kota IHK di wilayah Pulau Sumatera yang berjumlah 24 kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Pangkalpinang sebesar 1,17 persen sedangkan yang terendah terjadi di Padang sebesar 0,10 persen.
Sementara itu sebaran inflasi di 26 kota IHK di Pulau Jawa menunjukkan terjadi inflasi di 25 kota dan deflasi di satu kota. Inflasi tertinggi di Pulau Jawa terjadi di Surakarta sebesar 0,68 persen sedangkan yang terendah terjadi di Sumenep dan Malang masing-masing 0,06 persen. Deflasi terjadi di Tegal sebesar 0,17 persen.
Ada pun sebaran inflasi di luar Pulau Jawa dan Pulau Sumatera, dari 40 kota IHK, terjadi inflasi di 26 kota dan deflasi di 14 kota. Inflasi tertinggi terjadi di Mamuju sebesar 1,43 persen sedangkan yang terendah di Balikpapan dan Ambon masing-masing 0,02 persen.
Sementara deflasi tertinggi terjadi di Baubau sebesar 0,92 persen dan terendah terjadi di Pontianak sebesar 0,01 persen.
Selengkapnya kota-kota yang mengalami inflasi adalah sebagai berikut:
Meulaboh (0.83 persen), Banda Aceh (0.77 persen), Lhoksemawe (0,80 persen), Sibolga (0,74 persen), Pematang Siantar (1,13 persen), Medan (0,38 persen), Padang Sidimpuan (0,38 persen), Gunungsitoli (1,08 persen), Padang (0,10 persen), Bukittinggi (0,30 persen), Tembilahan (0,30 persen), Pekanbaru (0,47 persen), Dumai (0,40 persen), Bungo (0,50 persen), Jambi (0,68 persen), Palembang (0,43 persen), Lubuklinggau (0,30 persen), Bengkulu (0,39 persen), Bandang Lampung (0,80 persen), Metro (0,53 persen), Tanjung Pandang (1,03 persen), Pangkalpinang (1,17 persen), Batam (0,68 persen), Tanjung Pinang (0,56 persen),DKI Jakarta (0,14 persen), Bogor (0,19 persen), Sukabumi (0,26 persen), Bandung (0,10 persen), Cirebon (0,08 persen), Bekasi (0,19 persen), Depok (0,14 persen), Tasikmalaya (0,25 persen), Cilacap (0,27 persen), Purwokerto (0,35 persen), Kudus (0,27 persen), Surakarta (0,68 persen), Semarang (0,14 persen), Yogyakarta (0,54 persen), Jember (0,25 persen), Banyuwangi (0,18 persen), Sumenep (0,06 persen), Kediri (0,16 persen), Malang (0,06 persen), Probolinggo (0,28 persen), Madiun (0,60 persen), Surabaya (0,37 persen), Tangerang (0,32 persen), Cilegon (0,34 persen), Serang (0,46 persen). Singaraja (0,34 persen), Denpasar (0,77 persen) Mataram (0,86 persen), Bima (0,10 persen), Waingapu (0,24 persen), Kupang (0,55 persen), Sampit (0,09 persen), Palangkaraya (0,09 persen), Kotabaru (0,25 persen), Tanjung (0,03 persen), Balikpapan (0,02 persen), Samarinda (0,24 persen), Tanjung Selor (0,49 persen), Manado (0,58 persen), Kotamobagu (0,23 persen), Luwuk (0,21 persen), Palu (0,25 persen), Bulukumba (0,07 persen), Watampone (0,08 persen), Makassar (0,31 persen), Parepare (0,27 persen), Palopo (0,26 persen), Gorontalo (0,61 persen), Mamuju (1,43 persen), Ambon (0,02 persen), Sorong (0,41 persen)
Sementara itu kota-kota yang mengalami deflasi adalah sebagai berikut:
Tegal (-0.17 persen), MAumere (-0,57 persen), Pontanak (-0,01 persen), Singkawang (-0,04 persen), Banjarmasin (-0,23 persen),
Tarakan (-0,85 persen), Kendari (-0,24 persen), Baubau (-0,92 persen), Tual (-0,03 persen), Ternate (-0,51 persen), Manokwari (-0,58 persen), Merauke (-0,09 persen), Timika (-0,07 persen) dan Jayapura (-0,42 persen).
Menurut siaran pers BPS, inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga pada sebagian besar kelompok pengeluaran, sebagai berikut:
* kelompok makanan, minuman dan tembakau yang sebesar 0,81 persen; * kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,11 persen;
*kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,03 persen;
*kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,15 persen;
*kelompok kesehatan sebesar 0,19 persen;
*kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,04 persen; *kelompok rekreasi, olah raga dan budaya sebesar 0,05 persen,
*kelompok pendidikan sebesar 0,04 persen;
*kelompok penyediaan makanan dan ninuman/restoran sebesar 0,33 persen
*dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,23 persen.
Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks, yaitu kelompok transportasi sebesar 0,30 persen.
Bila ditilik dari komoditas, yang memberikan sumbangan inflasi terbesar, adalah cabai rawit, ikan segar, tempe, tahu mentah, daging ayam ras, daging sapi, ikan diawetkan, bayam, kacang panjang, kangkung, ketimun, kol putih/kubis, melon, minyak goreng, rokok kretek filter, tarif jalan tol, mobil dan nasi dengan lauk.
Sementara komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain telur ayam ras, bawang merah, pepaya dan tarif angkutan udara. (#)